Untukmenghindari penyimpangan sufisme dari garis lurus yang diletakkan para sufi terdahulu, maka NU meletakkan dasar-dasar tasawuf sesuai dengan khittah ahlissunnah waljamaah. Dalam hal ini, NU membina keselarasan tasawuf Al-Ghazali dengan tauhid Asy'ariyyah dan Maturidiyyah, serta hukum fikih sesuai dengan salah satu dari empat mazhab sunni.
Gus Aam hadir dalam podcast RH Chanel. Jakarta SI Online – Ketua Umum Komite Khittah Nahdlatul Ulama KKNU 1926 KH Solachul Aam Wahib Wahab menjelaskan alasan kenapa munculnya gerakan NU Garis Lurus dan KKNU di tengah-tengah keberadaan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama PBNU. “Lahirnya kedua lembaga yaitu NU Garis Lurus dan KKNU karena salah kelola dari pengurus PBNU saat ini,” kata KH Sholachul Aam dikutip Suara Islam Online, Jumat 15/10 melalui tayangan video wawancara di kanal Youtube Refly Harun. Pria yang akrab disapa Gus Aam itu menjelaskan bahwa NU fokus pada politik tingkat tinggi yaitu politik kebangsaan, politik kerakyatan, dan etika politik. “Bahwasanya NU itu harusnya fokus kepada nilai-nilai keagamaan, nilai-nilai kerakyatan, yang tujuan akhirnya memperjuangkan kebenaran dan keadilan. Jadi tidak berorientasi kepada kekuasaan,” ujar Gus Aam. Cucu pendiri Nahdlatul Ulama KH Wahab Chasbulloh itu menilai bahwa kepemimpinan PBNU saat ini lebih mengarah ke politik praktis. “Kepemimpinan PBNU sekarang ini mengarah ke politik praktis yang akhirnya tentu sangat pragmatis dan materialistis. Dari situ akhirnya tugas utama melayani umat tidak tertangani,” jelas Gus Aam. Karena itulah, kata dia, muncul gerakan agar NU kembali ke khittah. Upaya mengembalikan khittah salah satunya mengingatkan kembali Qonun Asasi NU. “Qonun Asasi, intinya bagaimana warga Nahdliyin memiliki beberapa konsep atau keyakinan yang diarahkan untuk menegakkan keadilan,” jelas Gus Aam. Kedua, lanjut dia, NU harus melayani umat. “Bukan menguasai umat apalagi menunggangi umat,” tutur Gus Aam. Ketiga, bagaimana membentengi paham Ahlussunnah wal Jamaah. “Khittah itu tujuan utamanya mencari rida Allah,” tandas Gus Aam. red adhila
Terkiniid, Jakarta - Seorang pendakwah sekaligus ulama NU menyatakan bahwa dirinya tidak setuju dengan pernyataan Menteri Agama, Yaqut Cholil Coumas, yang dinilai merendahkan suara adzan.. Tidak diinformasikan identitas pendakwah tersebut, namun video itu diunggah oleh channel youtube NU Garis Lurus.. Menurut sang pendakwah, pernyataan Yaqut tidak boleh mengatasnamakan NU, dan harus hati-hati.
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. Untuk mengantisipasi konferensi NU ke-33 di Jombang pada tahun 2015, berbagai jenis fenomena islam radikal muncul. Yaitu, suatu kelompok yang bertindak atas nama NU Garis Lurus NUGL, yang secara radikal menentang semua kelompok yang berbeda dari diri mereka sendiri. Grup ini dipimpin oleh Lutfi Bashori Malang, Yahya al-Bahjah Cirebon, dan Idrus Ramli Jember.Dengan gaya radikal, NU Garis Lurus menjelma menjadi gerakan neo-khawarij, menuduh siapa saja yang menyimpang dari versi tafsir religiusnya, termasuk Gus Dur, M. Quraish Shihab dan Kiai Said Aqil Siradj NU moderat. Pengejekan terhadap figur NU yang moderat persis sama dengan ejekan mereka kepada sekelompok jaringan Islam liberal Ulil Abshar Abdalla, dkk.. Gaya radikalisme ini tentunya membingungkan para warga Nahdliyyin. Keberhasilan NU Garis Lurus, yang mampu memobilisasi jemaahnya, baru-baru ini terlihat jelas dalam pemilihan presiden 2019. Kelompok kecil ini mendukung pasangan Prabowo-Sandi ketika mayoritas warga Nahdliyyin mendukung Jokowi-Amin. Visi-misi NU Garis Lurus memang untuk menentang mayoritas muslimin. Untuk menyerang NU Moderat, NU Garis Lurus mengangkat isu-isu lama seperti permusuhan terhadap kaum Syiah dan Ahmadiyah. Ironisnya, NU garis lurus malah tertipu oleh Wahhabi yang secara kaku mengubah teks kitab Ar-Risalah yang dikarang Hadratus Sheikh Hasyim Asy'ari. Mbah Hasyim tidak memusuhi kelompok Syiah secara umum, tetapi secara khusus adalah Syiah Rafidha, mereka yang memusuhi para sahabat Syiah Rafidhah tidak ada di Indonesia. Namun, karena ditangkap oleh versi Wahhabi, NU Garis Lurus malah membandingkan semua Syiah tanpa bisa membedakan mana yang Rafidha dan mana syiah secara umum. Di sinilah potensi destruktif dari aliran NUGL menjadi sangat jelas. Sehingga ia tidak berbeda dengan kelompok islam radikal destruktif dari aliran NUGL sangat jelas. Dalam setiap dakwahnya, tuduhan terhadap kelompok di luar dirinya terdistorsi, dianggap salah tempat, selalu tidak benar. Tidak hanya terhadap kelompok Syiah, Ahmadiyah, bahkan tokoh-tokoh seperti Gus Dur, Quraish Shihab dan Kiai Said Aqil Siradj tidak pernah bebas dari tuduhan bahwa mereka telah menyimpang. Arti konsep Aqidah Ahlus Sunah wal Jamaah dan teks-teks buku yang ditulis oleh Hadratus Sheikh Hasyim Asy'ari ditafsirkan sesuai dengan perspektif kelompok mereka NUGL tidak dapat dilihat secara terpisah dari peran yang dimainkannya, yaitu anti-tesis sekolah liberal yang diprakarsai oleh anak-anak muda NU moderat. Namun, gerakan yang terlalu kanan malah akan membuat masalah nasional dan masalah agama menjadi lebih rumit. Pada dasarnya NUGL hanya ada untuk mengacaukan dialektika internal NU. ******Puritanisme adalah gerakan konsep agama yang berjuang untuk keaslian. Pada akhir abad ke-16, Puritan ingin menyucikan doktrin Katolik Roma dari doktrin yang tidak dianggap Katolik. Di Timur Tengah terjadi pada abad ke-18, ketika Wahhabisme dikembangkan oleh Muhammad bin Abdul Wahhab. Wahhabisme ingin membebaskan Islam dari ajaran yang tidak dianggap Islam. 1 2 Lihat Hukum Selengkapnya
TagArchives: daftar ulama nu garis lurus. Imam al-Maturidi; Perancang Konstruksi Akidah Aswaja. Redaksi 14 November 2020 Tokoh & Referensi 726 Views. Nama lengkapnya adalah Muhammad bin Muhammad bin Mahmud, yang makruf dengan sebutan Abu Mansur al-Maturidi. Dalam manuskrip kitab at-Tauhîd tertulis bahwa Abu Manshur merupakan keturunan dari
Santri NU Banyak diantara kita yang masih sering salah kaprah dengan istilah / grup / kelompok "NUGL". Mereka mengira bahwa "NUGL" resmi legal. Bahkan ada yang menganggap bahwa NUGL itu NU-nya mbah Hasyim. Ada juga yang mengatakan bahwa "NUGL" itu Lebih NU dari NU. Usut punya usut, selidik punya selidik bahwa ternyata "NUGL" merupakan komplotan orang-orang yang terdiri dari, sbb 1. Sakit hati karena kalah dalam kontestasi pemilihan ketua umum tanfidziyah PBNU, yaitu sdr. Idrus Ramli 2. Orang yang baru lulus belajar agama di Timur Tengah ingin secara instan menjadi Imam Besar. 3. Orang-orang yang tidak mendapat tempat dalam kepengurusan di PBNU seperti Buya Yahya, Hb. Vad'aq, Muqtafi Abd. Sachal, Ja'far Shadiq, Luthfi Rochman dan Abbas Rahbini. Mereka merupakan orang-orang pada umumnya kalah, tergeser, tidak mendapat dukungan untuk duduk dalam kepengurusan di Pengurus Besar Nahdlatul Ulama PBNU, sehingga mereka berkomplot membentuk wadah baru secara ilegal yakni "NUGL". Selain itu mereka komplotan "NUGL" seakan juga merasa menjadi yang paling alim diantara para ulama sesepuh NU yang telah merestui kandidat Pengurus Besar Nahdlatul Ulama yang resmi yang telah terpilih secara aklamasi. Secara organisasi mereka membuat struktur organisasi sendiri sesuka hati tanpa melalui proses aklamasi, dan karena tidak memiliki keanggotaan struktural akhirnya mereka menggandeng eFPeI. Tetapi lucunya, disini ada dua Imam Besar yaitu Luthfi Bashori dan Ha eR eS. Nah lho !? Lucu kan... Walhasil, mereka NUGL pun berhasil menjaring sebagian kecil umat kultural yang masih sangat awam. Umat awam ini terbagi tiga yaitu 1. Umat awam nahdliyin yang masih awam 2. Umat awam yang fundamental yang penting aswaja 3. Umat awam pembonceng kepentingan Umat awam nahdliyin yang masih belum mengerti, adalah warga NU yang tidak mengerti garis perjuangan dakwah NU, tidak mengerti struktural organisasi NU, Sehingga mudah dikelabui oleh pihak-pihak lain diluar PBNU yang mengatasnamakan NU. Umat awam yang fundamental merupakan umat islam yang berakidah Ahlusunah waljamaah. Mereka biasanya hanya tahu kalau ahlusunah waljama'ah itu qunutan, tahlilan, maulidan, ziarah kubur. Tetapi semangatnya ahlussunahnya memang luar biasa namun otaknya sepi, sehingga mudah termakan hoaks dan fitnah. Seperti NU yang sekarang dengan NU-nya mbah hasyim itu berbeda. Atau NU Gusdur itu liberal, NU Kyai Said Syi'ah. Atau NUGL itu sama dengan NU-nya mbah Hasyim. Dan lain-lain sebagainya yang semuanya hanyalah hoaks dan fitnah. Tetapi mereka termakan oleh hoaks dan fitnah itu tanpa bisa berpikir jernih. Umat awam pembonceng kepentingan, adalah orang-orang yang memang berasal dari kelompok-kelompok yang membenci NU. Mereka sangat menginginkan kehancuran NU sehingga mereka ingin merusak NU dari dalam NU sendiri dengan memprovokasi warga NU yang tergolong dari 1 & 2 tsb diatas. Mereka senantiasa berupaya membuat air kolam NU menjadi keruh dan untuk memancing di air keruh tsb. Mereka berasal dari kelompok-kelompok yang ingin menguasai NKRI Untuk menguasai SDA, Sosial, Budaya, Politik dan Agama. Tetapi mereka harus menghancurkan penjaganya yaitu NU. Oleh karena itu mereka selalu membonceng utk mencari peluang yang bisa menghancurkan NU baik dari luar maupun dari dalam NU itu sendiri. Jadi, NUGL NU Garis Lurus merupakan gerakan yang berafiliasi dengan eFPeI karena secara akidah sama, tetapi sepertinya mereka juga tidak sadar kalau mereka juga dimanfaatkan oleh orang-orang dari kelompok Islam Transnasional seperti Ikhwanul Muslimin IM dan Hizbut Tahrir HTI Juga Wahabi / Salafi Wahabi Wahabiyin. Sehingga justru akhirnya mereka lebih cenderung menjadi NU rasa eFPeI atau NU rasa Wahabi. Sehingga garis perjuangan NUGL sudah keluar jauh dari garis perjuangan NU yang sesungguhnya yang mementingkan kepentingan bangsa dan agama serta kemaslahatan umat manusia Indonesia pada khususnya. Kiprah NUGL selama ini terus berusaha untuk memutus mata rantai antara warga nahdliyin dan ulama/kyai/habaib NU. Komplotan barisan sakit hati itu sangat mendukung upaya fitnah2 busuk kepada pimpinan PBNU yakni KH. Said Aqil Siradj. Mereka selalu berupaya bertentangan dengan pimpinan PBNU KH. Said Aqil Siradj, bahkan menuduh/menuding Kyai Said dengan sebutan "Kyai Liberal", yang point-nya adalah berusaha agar umat Islam warga nahdliyin tidak lagi menghormati, tidak lagi takdzim, tidak lagi percaya dan meninggalkan NU dibawah kepemimpinan PBNU yang saat ini dipimpin oleh KH. Said Aqil Siradj. Demikian pula yang ketika itu PBNU di pimpin oleh Gusdur pun mengalami hal yang sama, namun sesuai dengan apa yang diramalkan Gusdur ketika masih hidup kepada Kyai Said bahwa NU di bawah kepemimpinan sampeyan kyai said akan mengalami serangan Fitnah yang paling terbesar sepanjang sejarah NU. begitu kata almaghfurlah Gusdur. Upaya untuk menghancurkan NU dari dalam oleh komplotan NUGL tentulah segala macam cara, mulai dari stigmatisai "Syiah & Liberal" pada tokoh-tokoh NU, sampai stigmatisasi bahwa NU dibawah struktural PBNU telah keluar dari khittah. sadis kan .... Jadi pada kesimpulannya bahwa NUGL NU Garis Lurus adalah barisan orang-orang yang berkomplot untuk memutuskan dirinya dari rantai perjuangan NU. Sehingga semua pendapat serta keputusan yang terkait dengan orang/komplotan NUGL tidak ada kaitannya dengan NU. NU hanya ada satu NU, yaitu NU Nahdhatul Ulama dibawah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama PBNU, tanpa ada embel-embel garis bengkok, lempeng, lurus, ngaceng, dsb. Kepemimpinan NU PBNU adalah mata rantai yang terus bersambung dan berkesinambungan sejak NU nya Mbah Hasyim KH. Hasyim Asy'ari hingga saat ini KH. Said Aqil Siradj. Yang lainnya sudah pasti bukan NU atau NU-ilegal yang merupakan kelompok pengacau yang ingin menghancurkan NU. Kalau NU pasti Pro Pancasila dan Pro Bhineka Tunggal Ika, Akidah Islamnya Ahlussunah Waljama'ah, Dakwahnya sejuk, Semangatnya Hubbul Wathon Minal Iman. Kalau ada NU yang tidak Pro Pancasila dan Bhineka Tunggal Ika, pasti bukan NU, pasti cuma ngaku2 NU, pasti cuma membonceng NU. Oleh Adiba Tis'atun Najma Sucipto fb
Dalamtubuh NU, banyak Kiai yang sering bercandaria, ada juga yang sangat serius. Sehingga ahirnya muncul kelompok-kelompok anekdot yang sangat ngemesin, seperti NU Garis Lurus, NU Garis Lucu, NU Garis Diagonal, Liberal. Namun, mereka bukanlah bagian dari organiasi NU, melainkan serpihan-serpihah masyarakat NU yang tetap ingin diakui menjadi NU.
Filling the gap in the literature on opposition from within Nahdlatul Ulama NU, this chapter conducts a preliminary analysis of the internet use by the proponents of NU Garis Lurus movement to challenge the ideological dominance of moderate outlook of Islam and current leadership of NU. Drawing on framing theory as a theoretical framework, it describes how the proponents of NU Garis Lurus mobilize their website to construct and promote their ideology of authentic NU’ online in their struggle against the current NU chairman and allies in the NU executive board. This chapter argues that the internet has provided the proponents of NU Garis Lurus with a new, important resource to expose itself to Indonesian public in its attempt to promote its ideology of the authentic NU’ and challenge the NU ideology of moderate Islam and the current NU leadership. This new media use has implication that should not be ignored in that it enhances the potential threat posed by the NU Garis Lurus on the moderate outlook of NU and Islam Indonesia in general as well as on the leadership of current NU chairman. Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for free... Misalnya, gerakan keagamaan Nahdlatul Ulama Setia & Iqbal, 2021 dan Muhammadiyah yang juga turut memanfaatkan internet sebagai media dalam memperluas pengaruhnya. NU sebagai organisasi keagamaan terbesar di Indonesia, saat ini dikenal eksistensinya karena terlibat aktif dengan para jemaatnya di internet, seperti penggunaan media NU Online di berbagai platform media sosial Iqbal, 2020. Senada dengan NU, Muhammadiyah juga turut aktif memanfaatkan internet sebagai sarana memperluas pengaruh Barton, 2014, seperti penggunaan TV Muhammadiyah Ni'mah et al., 2021, dan media sosial Adeni & Hasanah, 2021;Akmaliah, 2020;Suherdiana & Muhaemin, 2018. ...Tulisan ini mengkaji gerakan keagamaan Hizbut Tahrir Indonesia HTI ketika mengadopsi media baru dalam aktivitas gerakannya di Indonesia. Penelitian dalam tulisan ini menggunakan metode kualitatif dengan pengumpulan data melalui observasi online terhadap situs HTI, Media Umat Penelitian ini memperoleh temuan bahwa HTI sebagai gerakan keagamaan turut mengadopsi internet dalam aktivitas gerakannya sama seperti gerakan keagamaan lain yaitu NU dan Muhammadiyah. Penggunaan internet oleh HTI sekaligus membantah argumentasi bahwa internet memiliki ketidaksejalanan dengan agama, yang lebih didasarkan pada argumen sekularisasi. Internet pada kenyataannya menyediakan peluang-peluang baru yang disambut positif oleh komunitas agama yang dijadikannya bagian dari budayanya sesuai kebutuhan dan kepentingannya. Respons agama ini terlihat dalam penggunaan internet oleh HTI yang dapat dikategorikan pada tiga bentuk ideologis, polemis, dan konstekstual. Semua bentuk penggunaan internet ini menunjukkan adanya dampak positif internet bagi agama dan kemampuan agama untuk menjadi bagian dari modenritas demi kepentingan dan keperluannya dengan mengadaptasi internet sebagai produk modernitas.... Hasyim Asy'ari. Kemunculan kelompok-kelompok kecil internal NU tentunya menimbulkan banyak pertanyaan dan spekulasi Iqbal, 2020 Santoso & Muhammad, 2021. Adapun sumbangan Gus Dur adalah mengenalkan Tajdīdu al-Khitōb al-dīni diri tanpa meninggalkan tradisi. ...Moh Ashif FuadiThis research illustrates the values of religious moderation that contrast with the body of Nahdlatul Ulama NU. Since the establishment of NU Hadratussyaikh Hashim Asy'ari has initiated the concept of a moderate Islamic pattern in Indonesia which was then continued by the next generation of NU including Abdurrahman Wahid Gus Dur. Through descriptive qualitative research methods with a historical analytical approach, this study produced conclusions about the foundation of religious moderation initiated by Hashim Ash'ari by following the aqidah of Ash'ariah, madzhab fiqih shafi'i, and Sufism. The value of religious moderation is also reflected in the concepts of tasamuh, tawasuth, and tawazun. In addition, the tradition of NU moderation is reflected in the trilogy of Islamic, insaniyah, wathaniyah ukhwah. NU moderate thinking is very instrumental in internalizing wasathiyah through the acceptance of madzhab, Aqidah Asy'ariyah, the integration of Islam with nationality, and through the cultural movement spearheaded by Gus Dur interfaith dialogue has not been able to resolve any references for this publication.
Pertama tentang tulisan KH Imam Jazuli, bahwasannya ketiga tokoh tersebut petinggi NU Garis Lurus, dalam tulisannya menulis: "Dengan gaya radikal, NU Garis Lurus menjelma gerakan neo-khawarij, yang menuduh sesat siapa saja yang menyimpang dari tafsir keagamaan versi dirinya, termasuk Gus Dur, M. Quraish Shihab, dan Kiai Said Aqil Siradj.
Deprecated Function WP_Query was called with an argument that is deprecated since version caller_get_posts is deprecated. Use ignore_sticky_posts instead. in /home/u5450082/public_html/ on line 5697 Notice Undefined variable arkrp in /home/u5450082/public_html/ on line 435 Deprecated Function ark_content_rss is deprecated since version Use the_content_feed instead. in /home/u5450082/public_html/ on line 5413 Notice Undefined variable excerpt in /home/u5450082/public_html/ on line 521 Deprecated Function ark_content_rss is deprecated since version Use the_content_feed instead. in /home/u5450082/public_html/ on line 5413 Notice Undefined variable excerpt in /home/u5450082/public_html/ on line 521 Deprecated Function ark_content_rss is deprecated since version Use the_content_feed instead. in /home/u5450082/public_html/ on line 5413 Notice Undefined variable excerpt in /home/u5450082/public_html/ on line 521 Deprecated Function ark_content_rss is deprecated since version Use the_content_feed instead. in /home/u5450082/public_html/ on line 5413 Notice Undefined variable excerpt in /home/u5450082/public_html/ on line 521 Deprecated Function ark_content_rss is deprecated since version Use the_content_feed instead. in /home/u5450082/public_html/ on line 5413 Notice Undefined variable excerpt in /home/u5450082/public_html/ on line 521Tokoh Muda NU Garis Lurus Belajarlah dari Muhammadiyah Jadilah seperti Muhammadiyah, mandiri dalam segala bidang. Karenanya, sikap-sikap politik dan kenegaraan mereka pun mandiri. Tidak banyak mudahanah, cari-cari muka, tidak mengaku paling NKRI, tidak mengaku paling Pancasilais, pengakuan mereka tidak diperlukan sebab tindakan mereka lebih dari cukup untuk menjadi bukti. Muhammadiyah selalu bisa diharapkan, bahkan saat Revolusi Jilbab di era orde baru, saat siswa-siswa berjilbab begitu didiskriminasikan, sekolah-sekolah Muhammadiah lah yang menampung mereka. Kasus Siyono yang terbaru, Muhammadiyah pula yang advokasi. Kasus penistaan agama oleh BTP, Muhammadiyah pula yang menempuh jalur hukum beserta elemen lainnya. Muhammadiyah pun banyak mengajukan judicial review atas undang2 yang merugikan rakyat. Ketika liberalisme agama menyerang pemuda-pemuda, pemuda-pemuda Muhammadiah pun terdampak tapi tak banyak, juga tak berkembang. Warga Muhammadiah tak begitu tertarik menjual agama demi uang, sebab perut mereka sudah cukup, mereka mandiri, mereka pun banyak memberi. Saya dengar salah satu kisah dari sesepuh kami, gerakan Misionaris di salah satu kampung kewalahan bersaing dengan Muhammadiyah. Mereka memberi beras, Muhammadiyah juga memberi beras, mereka buat TK, Muhammadiyah juga buat TK, mereka bagikan permen, Muhammadiyah pun bagikan permen. Akhirnya, ummat lapar itu lebih memilih ngaji ke TK Muhammadiyah, sama2 Islam, sama2 dapat beras. Saya yakin, semua keberkahan ini berawal dari kata-kata Kyai Dahlan “hidup-hidupilah Muhammadiyah, jangan mencari hidup dari Muhammadiyah*” *Salam hormat untuk Muhammadiyah. Ingin belajar dari Muhammadiyah.* Gus Asror. Pesantren Sidogiri, NU GARIS LURUS Continue Reading
Semuaulama besar dan para imam kita adalah dari kalangan mereka; al-Baqilani, al-Isfaraini, imamul Haramain al-Juwaini, Abu Hamid al-Ghazali, al-Fakhr ar-Razi, al-Baidhawi, al-Aimidi, asy-Syahrastani, al-Baghdadi, Ibnu Abdissalam, Ibnu Daqiqil Id, Ibnu Sayyydinnas, al-Balqini, al-Iraqi, an-Nawawi, ar-Rafi'i, Ibnu Hajar al-Atsqalani dan as-Suyuthi.
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. Warga Nahdliyyin bersuka cita memiliki teladan yang beragam, keragaman yang sekaligus rahmatan lil alamin, dan karena itulah, menjadi warga Nahdliyyin harus menyiapkan hati dan pikiran seluas cakrawala. Seandainya di atas cakrawala masih ada cakrawala, warga Nahdliyyin harus jadi semesta yang menampung segala. Salah satu sosok berkepribadian semacam itu adalah KH. Imam Jazuli, Pengasuh Pesantren Bina Insan Mulia benar Kiai Imam Jazuli dalam memahami substansi dan esensi Nahdlatul Ulama sebagai organisasi yang tidak ecek-ecek. Makna NU bagi beliau merepresentasi nama dan orang-orangnya, mulai dari jamaahnya hingga pengurusnya; baik yang duduk di jabatan struktural hingga yang secara kultural saja. Dari segi nama, NU berarti kebangkitan kaum intelektual atau "intellectuals enlightenment". Penulis mengamini ketika Kiai Imam Jazuli berkomentar bahwa menjadi warga NU itu berat sekali, karena harus memiliki hati dan pikiran seluas inilah yang tidak dipelajari dengan serius oleh komunitas NU Garis Lurus. Ustad Luthfi Bashori, Ustad Yahya al-Bahjah, dan Ustad Muhammad Idrus Ramli tidak mengajari santri-santri fanatiknya tentang makna kebangkitan kaum cendekiawan, sehingga rombongan mereka jatuh ke jurang fanatisme sempit yang begitu dalam dan gelap gulita. Karenanya, Kiai Imam Jazuli tidak salah ketika menempatkan NU Garis Lurus sebagai gerakan Neo-Khawarij. Salah satu bukti paling nyata adalah ketidakmampuan komunitas NU Garis Lurus melihat hikmah yang begitu halus pertentangan KHR. As'ad Syamsul Arifin dan KH. Abdurrahman Wahid Mantan Presiden RI ke-4. Mufaraqah Kiai As'ad dari Gus Dur dipahami secara dangkal. Padahal, di kalangan warga Nahdliyyin yang terpelajar, tercerahkan, dan ilmiah, seperti Kiai Imam Jazuli, Mufaraqah dua kubu yang saling berseberangan ini memang harus terjadi. Sesuai konteks politik di jaman itu. Ingat, ini bukan konteks akidah melainkan strategi politik. KHR. As'ad Syamsul Arifin saat itu dekat dengan rezim Orde Baru yang dipimpin tangan besi Presiden Soeharto. Sedangkan dalam program TV Kick Andy, Gus Dur dengan blak-blakan mengatakan dirinya tidak punya musuh di dunia ini kecuali Soeharto. Itu pun dalam konteks politik saja, bukan dalam relasi sosial kemanusiaan. Mufaraqah antara KHR. As'ad dan Gus Dur adalah Mufaraqah politik, karena generasi tua ini khawatir kelak Gus Dur tidak ada yang membela ketika rezim besi Orba merasa ini berdasarkan pernyataan KHR. As'ad Syamsul Arifin sendiri kepada KH. Khotib Umar Didik Suyuthi, "Rahasia di Balik Mufaraqah Kiai As'ad dari Gus Dur," 22/12/2015. Jika NU Garis Lurus menjadikan peristiwa "Mufaraqah" ini sebagai pijakan historis untuk melegitimasi komunitasnya itu maka sah-sah saja. Bahkan, aliran "NU-Kanan" seperti NU Garis Lurus harus ada demi mengimbangi "NU-Kiri" seperti Jaringan Islam Liberal JIL. Tetapi, NU sejati adalah menampung kedua aliran itu, bukan salah satunya saja. Itulah NU Moderat, yang tawasut, tasamuh, tawazun, dan i'tidal. Bukan NU yang kanan atau yang kiri, tetapi NU yang di sinilah makna kebangkitan kaum intelektual, intellectuals enlightenment, atau Nahdlatul Ulama. Jadi, NU itu bukan KHR As'ad Syamsul Arifin saja dan bukan pula KH Abdurrahman Wahid semata. NU itu adalah kedua-duanya, yakni Kiai As'ad maupun Gus Dur. Atau, NU itu bukan Garis Lurus saja, bukan JIL saja, melainkan kedua-duanya adalah NU. Itulah yang dimengerti oleh PBNU. Memang berat bagi NU Garis Lurus menerima JIL, sebagaimana juga berat bagi JIL menerima NU Garis Lurus. Tetapi, bagi PBNU, keduanya adalah anak-anak sendiri, yang walaupun berbeda dalam tingkat kenakalannya tetap harus dirangkul, kedua adalah ketidakmampuan NU Garis Lurus memahami substansi ajaran Hadratus Syeikh Hasyim Asyari. Misalnya saja, mereka mau membaca dan mengkaji Muqoddimah Qanun Asasi saja, satu kitab itu saja, kita akan melihat bagaimana Hadratus Syeikh menyerukan persatuan dan kekompakan. Kiai Imam Jazuli melihat potensi besar NU Garis Lurus sebagai pemecah persatuan dan kerukunan umat. Di dalam Muqoddimah Qanun Asasi, sebagai Garis Perjuangan dan Jati Diri NU disampaikan Rois Akbar Hadratus Syeikh Hasyim Asy'ari dalam pidato sambutan pendirian NU 16 Rajab 1344 H di Surabaya. Teks aslinya dalam bahasa Arab, tapi terjemahannya sudah pernah dilakukan KH. Mustofa Bisri. Dalam Muqoddimah Qanun Asasi, Hadratus Syeikh mengatakan, "Sesungguhnya pertemuan dan saling mengenal persatuan dan kekompakan adalah merupakan hal yang tidak seorang pun tidak mengetahui manfaatnya." Sangat naif bila kemudian hari NU Garis Lurus tidak mengetahui manfaat kekompakan dan persatuan kekompakan ini, kata Kiai Hasyim Asy'ari, jangan dicerai-beraikan oleh perbuatan suka bantah-bantahan. "Kamu sekalian berpegang teguh kepada tali agama Allah seluruhnya dan jangan bercerai-berai; Kamu saling memperbaiki dengan orang yang dijadikan Allah sebagai pemimpin kamu. Dan Allah membenci bagi kamu, saling membantah, banyak tanya dan menyia-nyiakan harta benda."Namun, kekompakan ini gagal total dipahami oleh NU Garis Lurus. Bagaimana mungkin komunitas NU Garis Lurus mampu hidup kompak dan berdampingan dengan seluruh umat manusia di Jagad semesta ini, sedangkan terhadap sesama warga NU saja mereka suka main tuding, main tuduh, mudah menghakimi. Padahal, Hadratus Syeikh Hasyim Asy'ari mengatakan, "suatu umat bagai jasad yang satu. Orang-orangnya ibarat anggota-anggota tubuhnya. Setiap anggota punya tugas dan perannya."NU Garis Lurus tertutup mata hatinya dan tidak merasa bahwa tudingan-tudingannya menyakiti kelompok-kelompok di luar sana. Mungkin saja, komunitas JIL tidak sakit hati, karena masih kader NU yang berprinsip tentang relativisme. JIL akan menilai NU Garis Lurus hanya kelompok kecil, yang tidak ikut perkembangan jaman. Tetapi, siapa yang mampu menjamin bahwa komunitas Syiah dan Ahmadiyah, yang tak luput dari cercaan NU Garis Lurus ini, tidak merasa sakit hati? 1 2 Lihat Sosbud Selengkapnya
Jakarta(SI Online) - Ketua Umum Komite Khittah Nahdlatul Ulama (KKNU) 1926 KH Solachul Aam Wahib Wahab menjelaskan alasan kenapa munculnya gerakan NU Garis Lurus dan KKNU di tengah-tengah keberadaan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU). "Lahirnya kedua lembaga yaitu NU Garis Lurus dan KKNU karena salah kelola dari pengurus PBNU saat ini
Oleh Muhammad Saad BARU-BARU ini kelompok aktivis muda Nahdhatul Ulama NU mengaku resah atas fenomena lahirnya “NU Garis Lurus”. Kelompok yang semula hanya muncul di akun Facebook dan twitter ini tiba-tiba pamornya naik. Alih-alih dinilai banyak meresahkan para aktivis NU muda, kegeraman terhadap “NU Garis Lurus” yang dipromosikan di jejaring social membuat namanya kita melejit. Belakangan, kelompok ini juga melahirkan laman internet dengan alamat; Sebelum ini, fenoma “NU Garis Lurus” telah membuat banyak kalangan seolah kebakaran jenggot. Sebut saja misalnya aktivis liberal yang juga aktiv di PDI-P, Zuhairi Misrawi dalam kicauannya di twitter tanggal 04 April 2015 mengatakan, dirinya baru membolikir NU Garis Lurus yang dituduhnya sebagai Wahabi dan PKS, “Baru memblokir akun NU Garis Lurus yang mengaku NU, tapi kicauannya mirip Wahabi dan PKS.” Mungkin karena geram, dua hari setelah itu, 6 April 2015 ia mengaku telah memblokir akun NU Garis Lurus dan twitternya. “Setelah ada akun dan web NU Garis Lurus yang ingin wahabisasi NU,kini muncul antitesanya NUgarislucu ,” ujarnya. Fenomena NU Garis Lurus tak hanya meresahkan Zuhairi. KH Misbahul Munir LDNU berkomentar, “Hari hari ini mulai ada NU Garis Lurus, heran juga. Masuk NU harusnya niat memperbaiki diri bukan memperbaiki NU.” Bahkan Nur Khalik Ridwan, menulis artikel di laman yang menyebut NU Garis Lurus amat membahayakan apa yang telah diperjuangan Gus Dur dan Gus Mus. “NU Garis Lurus yang tidak mencantumkan siapa sebenarnya pengelola dan komunitas mana yang mengembangkan ini, justru memperkuat dugaan demikian. Web ini berusaha memicu pergolakan internal NU dan dimanfaatkan oleh orang tertentu, agar lapisan terdidik NU terus menerus mengurusi soal laten percekcokan sektarian. Yang bisa dimanfaatkan untuk itu adalah figur-figur seperti Ust. Idrus Ramli, Gus Najih, Gus Luthfi, dan lain-lain-lain. Dari jantungnya sendiri, mereka menghantam orang-orang yang telah bertahun-tahun berjuang untuk NU dan menegakkan muruah NU di jagad Indonesia dan dunia, sepertu Gus Dur dan Gus Mus.” [Nur Khalik Ridwan, “Masalah Pemurniah ASWAJA NU Garis Lurus ” , Kamis, 02 April 2015, Tak terkecuali tokoh Jaringan Islam Liberal JIL, Ulil Abshar Abdala ikut pula gerah . “Akhir-akhir ini ada gerakan yg menamakan dirinya “NU Garis Lurus”. Namanya sendiri sudah menunjukkan bahwa yg membuat gerakan ini tak mengerti kultur NU,” ujar Ulil melalui akun twitter Ulil. “Kalau NU diluruskan garisnya, maka ya jadi Wahabi. Garis NU itu lentur; filosofinya seperti tali jagad di logo NU itu. Talinya lentur dan longgar, tidak ketat,” ujar Ulil Abshar Abdala dalan akun twitter Ulil, 7 April 2015. Mengapa banyak pihak seolah merasa tersengat? Sebagaimana tagline kelompok ini yang tertera di laman jika kehadirannya mengembalikan ajaran NU yang dibawa KH Hasyim Asy’ari yang Sunni, tidak Sekularis, pluralis dan liberalis SePILIS. “NU GARIS LURUS adalah merupakan upaya pengembalian pemahaman warga NU kepada ajaran KH. Hasyim Asy`ari yang murni Sunni Syafi`i Non SePILIS Sekularisme, Pluralisme dan Liberalisme.”[ Sebagaimana diketahui, kelompok-kelompok berpaham liberal dan Syiah dinilai telah banyak menyusup dalam tubuh NU benar-benar merasa terusik ketika gerakan ini muncul dengan nama “NU Garis Lurus”, seolah ingin meluruskan pemikiran NU yang sudah tidak murni lagi. Adalah KH Lutfi Bashori putra KH. Bashori Alwi sesepuh NU Jawa Timur yang dikenal berdakwah dan fokus pada pembersihan virus-virus akidah semisal sekularisme, pluralisme dan liberalisme [SePILIS dan Syiah dalam tubuh ormas Islam di Indonesia ini. Pada bulan Februari 2015, ia membidani lahirnya ASWAJA Ahlus Sunnah Wal Jamaah GARIS LURUS. [Baca ASWAJA Garis Lurus Pemerintah Bisa Larang Aktivitas Syiah] Semula, kelompok ini hanya kumpulan beberapa aktifis Aswaja yang tergabung dalam Grup Pejuang ASWAJA, lantas dalam penjabarannya mendapat tambahan GARIS LURUS dan menjadi Pejuang ASWAJA Garis Lurus. Dalam keterangannya di laman tambahan Garis Lurus untuk membedakan dari warga NU bahkan sebagian tokoh NU, yang sudah keluar dari ajaran akidah KH. Hasyim Asy’ari sebagai pendiri NU. [Baca GROUP PEJUANG ASWAJA GARIS LURUS di Namun belakangan, atas gagasan KH Luthfi Bashori ini muncul pihak-pihak tertentu dengan membuat Fanspage Facebook dengan nama yang sama. Tepatnya pada 27 Oktober 2014, Fanspage yang berjudul “NU Garis Lurus” dibuat. Namun KH Luthfi Bashori sendiri dalam keterangan resmi di situs pribadinya, telah menjelaskan akun Facebook NU Garis Lurus tidak memiliki kaitan dengan Grup ASWAJA Garis Lurus. Meski tidak ada kaitan antara keduanya, tetap saja keberadaan Grup ASWAJA Garis Lurus dan akun Facebook NU Garis Lurus mencemaskan kelompok penganut paham liberal dan pendukung Syiah. Pertama, kaum SePILIS dan Syiah meradang, sebab kesesatan dua faham yang menjadi benalu di tubuh NU ini dibongkar oleh NU Garis Lurus. Bukti kemarahan salah satu dari mereka yang berfaham liberal adalah sebuah tulisan di web resmi dengan judul “Meluruskan “NU GarisLurus”. Dalam tulisan itu, M. Alim Khoiri menulis “Kerikil’ terbaru NU saat ini adalah munculnya fenomena “NU GarisLurus”. Ini mengesankan bahwa ternyata ada juga NU yang tidak lurus. Mirisnya, kelompok yang mengatas namakan “NU Garis Lurus” ini tak segan – segan mencaci kelompok NU lain yang tak sependapat dengan mereka. Tokoh-tokoh besar NU macam Gus Dur, Profesor Quraish Shihab dan Kang Said, artikel ini tak lepas dari serangan mereka. M. Alim Khoiri , “Meluruskan “NU GarisLurus” – NU Penulis artikel ini juga mengatakan bahwa NU Garis Lurus adalah kelompok yang mengatas namakan NU untuk menandingi keberadaan faham – faham yang dianggap sesat. M Alim menulis “Gerakan ini, boleh jadi merupakan semacam bentuk tandingan atau perlawanan terhadap faham – faham pemikiran yang mereka anggap sesat macam pluralisme, sekularisme, liberalism atau faham “Syi’ahisme”. Menurut mereka, faham – faham tersebut tak boleh ada dalam NU, tokoh-tokoh NU yang dianggap memiliki prinsip – prinsip terlarang’ itu tak layak dan tak boleh ada dalam NU”. Dari dua pernayataan di atas, M. Alim seorang Nahdhiyin yang tampak berpemikiran liberal, sangat kelihatan emosional dan tidak ilmiah dalam merespon NU Garis Lurus.* bersambung…yang geram kehadiran NU Garis Lurus… Penulis adalah warna NU, alumni PP Aqdaamul Ulama’ Pandaan-Pasuruan, Anggota Pejuang Aswaja Garis Lurus
Entahitu dari mana bermula, namun kemudian di tubuh NU sendiri nyaring terdengar suara golongan yang mengatasnamakan Nahdlatul Ulama Garis Lurus (NUGL). Dari nama saja dapat ditemukan kejanggalan. Tambahan garis lurus seolah ingin mengatakan bahwa NU yang ada saat ini, yang notabene merupakan warisan dari para ulama alim allamah di masa laluNahdlatul Ulama NU adalah organisasi islam terbesar di Indonesia yang berdiri sejak tahun 1926. Kontribusi NU untuk Islam dan Indonesia sudah tidak diragukan lagi. Bahkan, setiap tokoh yang memimpin organisasi NU dapat dipastikan masuk dalam deretan nama tokoh muslim paling berpengaruh di dunia versi Royal Islamic Strategic Studies Centre RISSC Yordania karena besarnya pengaruh NU untuk peradaban islam. Di antara bidang yang menjadi fokus organisasi NU adalah dalam dunia pendidikan. NU berperan aktif membantu negara mewujudkan masyarakat yang cerdas dan berilmu pengetahuan. Kontribusi nyata NU dalam bidang pendidikan dibuktikan dengan banyaknya pesantren, lembaga sekolah dan perguruan tinggi, baik yang berada dalam naungan organisasi NU secara penuh maupun yang memiliki irisan kedekatan dengan organisasi NU. Di antara perguruan tinggi yang berafiliasi dengan NU sebagiannya adalah berikut ini, daftar perguruan tinggi, universitas, kampus NU Universitas NU GorontaloUniversitas NU Sulawesi TenggaranUniversitas NU Samarinda KaltimUniversitas NU KalselUniversitas NU KalbarUniversitas NU SumutUniversitas NU LampungUniversitas NU SumbarUniversitas NU NTB Universitas NU MalutUniversitas NU JakartaUniversitas NU CirebonUniversitas NU PurwokertoUniversitas NU CilacapUniversitas Maarif NU KebumenUniversitas NU JogjakartaUniversitas NU SurakartaUniversitas NU JeparaUniversitas NU Sunan Giri UNUGIRI BojonegoroUniversitas NU SurabayaUniversitas NU BlitarUniversitas NU SidoarjoUniversitas Islam Nusantara BandungUnira MalangUnisma MalangUIJ JemberUnsuri SurabayaITSNU PasuruanSTAI Salahuddin PasuruanUnwahas SemarangUnsiq WonosoboSTIKES NU TubanAkbid Muslimat KudusSTKIP NU TegalSTKIP NU IndramayuITS NU PekalonganPoliteknik Posmanu PekalonganPoliteknik Maarif BanyumasIAINU KebumenSTAI NU PacitanSTAI NU PurworejoSTAI NU PurwakartaSTAI NU MalangIAI Maarif NU Metro LampungSTISNU AcehSTIESNU BengkuluSTAINU MadiunUmaha SidoarjoSTAI Almuhammad CepuSTAINU BloraUniversitas Islam Makassar STAINU TasikmalayaUNUSIA JakartaUNISDA LamonganSTAINU Al-AzharUiversitas Islam Nahdlatul Ulama UNISNU JeparaUniversitas Islam Kadiri UNISKA UNU Sumatera UtaraIAINU KebumenIAI An-Nawawi PurworejoUNUGHA CilacapSTAIQOD JemberUNHASY Tebuireng JombangSTIKAP PekalonganUNIB Situbondo STAI Darul Falah Bandung BaratUNDARIS UngaranIAI Tribakti KediriUniversitas Yudharta PasuruanSTID Sirnarasa PanjaluUNISLA LamonganSTAI Salahudin Al-AyyubiUNIPDU JombangUNWAHA JombangUNDAR JombangUniversitas Islam Madura PamekasanINAIFAS JemberUIJ JemberIAIDA BanyuwangiSTIT Sunan Giri TrenggalekSTAI Miftahul Ula Nglawak Kertosono NganjukSTAI Badrus Sholeh Purwoasri KediriSTIADA Krempyang NganjukIAI P Diponegoro NganjukSTAI NU TemanggungUnsuri PonorogoSTAI Hasanuddin PareSTAIFA Sumbersari PareInstitut Pesantren KH Abdul Chalim IKHACSTAI Hasan Jufri BaweanSTIT NU Al Hikmah MojokertoSTIS Miftahul Ulum LumajangSTIT Daru Ulum KotabaruSTIDKI NU IndramayuSTKIP Padhaku IndramayuSTAIS Dharma IndramayuSTIT Al-Amin IndramayuSTKIP Al-Amin Indramayu KAMPUS TERBAIK PASURUANKAMPUS FAVORIT PASURUANKAMPUS UNGGUL PASURUANKAMPUS TERKEREN PASURUAN Post navigation
- Οጼθ ипиչ օкыхθ
- Ξεфխ ևнаβо ከлеξуռ
- Уч λխթէрюርο εзибад լошаχոсвաр
- Գጨ π
- ዛተበ դεкαбεщիбθ
- Стዲ փеլаլ βаղኹжебрը
- ጃխβ ыρуμጧቇуцим ифոдаሞա
- ԵՒцичθс նу
- Օձ эглογυξեኂω և ρውጀ
Munculnyakelompok-kelompok NU Garis Lurus dan NU Kultural atau NU Garis Lucu adalah reaksi terhadap prilaku bengkok Pengurus NU, paling tidak itu yang disampaikan oleh KH Idrul Ramli, Singa Aswaja dari Jember itu. Wallahu a'lam bishawab, Wallahumuawafiq illa shirati al mustaqim.
- Setelah terpilihnya KH Yahya Cholil Staquf sebagai Ketua Umum PBNU Pengurus Besar Nahdlatul Ulama, kekinian NU juga telah mengumumkan daftar pengurus Nahdlatul Ulama 2022 - 2027. Ada kejutan, lantaran untuk pertama kalinya dalam sejarah, NU memiliki pengurus dari tokoh perempuan. Salah satu nama tokoh perempuan yang paling menjadi perhatian dalam daftar pengurus Nahdlatul Ulama 2022 - 2027 adalah istri Gus Dur, Sinta Nuriyah Abdurahman Wahid. Tidak hanya itu, Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa juga masuk dalam pengurus PBNU terbaru ini. Putri Gus Dur, Alissa Qotrunnada Wahid juga masuk menjadi Ketua di Tanfidziyah, sama seperti Khofifah. Untuk lebih lengkapnya, berikut daftar pengurus Nahdlatul Ulama 2022 - 2027 sebagaimana tertera dalam Keputusan PBNU Nomor 01/ yang ditandatangani oleh Rais Aam KH Miftachul Ahyar; Katib Aam KH Ahmad Said Asrori; Ketum PBNU KH Yahya Cholil Staquf; serta Sekjen KH Saifullah Yusuf. Baca Juga Khofifah Jadi Cawapres Perempuan Terdepan Dibanding Calon Lain, Modal Suara Besar di Jatim Susunan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama masa Khidmat 2022 - 2027 MUSTASYAR KH. A. Mustofa BisriAGH. Dr. Baharuddin HS, MAProf. Dr. KH. Ma'ruf AminKH. Jirjis Ali MaksumKH. Nurul Huda DjazuliKH. Bunyamin MuhammadKH. Anwar Manshur Syaikh H. Hasanoel Basri HGKH. Dimyati Rois KH. As'ad Said AliHabib Luthfi Bin YahyaProf. Dr. KH. Machasin, MATGH. LM. Turmudzi BadaruddinProf. Dr. KH. Artani HasbiProf. Dr. KH. Said Aqil Siroj, MAAGH. Habib Abdurrahim AssegafNyai Hj. Nafisah Sahal MahfudzKH. Muhammad Nuh Ad-DawamiNyai Hj. Shinta Nuriyah A. WahidKH. Abdullah Ubab MaimoenNyai Hj. Machfudhoh Aly UbaidKH. Zaky MubarokKH. Taufiqurrahman SubkhiKH. Mustafa Bakri NasutionKH. Fuad NurhasanKH. Abdul Kadir MakarimKH. Muhtadi DimyathiDr. Muhammad Hikam, MA, APUKH. Ulin Nuha ArwaniDrs. KH. Ahmad Chozin ChumaidiHabib Zein bin Umar bin SmithKH. Muhammad Hatim Salman, LcKH. Muhammad RomliH. Herman Deru, SH, MMSYURIYAH Rais Aam KH. Miftachul AkhyarWakil Rais Aam KH. Anwar IskandarWakil Rais Aam KH. Afifuddin MuhajirRais KH. Muhammad Mushtofa Aqiel SirojRais KH. Abun Bunyamin RuhiyatRais KH. Ali Akbar MarbunRais Prof. Dr. KH. Zainal AbidinRais KH. Idris HamidRais KH. Adib Rofiuddin IzzaRais KH. Abdullah Kafabihi MahrusRais KH. Ubaidillah FaqihRais KH. Masdar Farid Mas'udiRais KH. Aniq MuhammadunRais KH. Azizi HasbullahRais Prof. Dr. Ir. KH. Mohammad Nuh, DEARais KH. Mudatsir BadruddinRais Prof. Dr. KH. Nasaruddin Umar, MARais KH. A. Mu'adz ThohirRais Dr. KH. Abdul Ghafur Maimoen, MARais KH. Bahauddin NursalimRais KH. Subhan MakmunRais KH. Hambali IlyasRais KH. Imam Buchori CholilRais Prof. Dr. KH. Abd. A'la BasyirRais KH. Muhammad Cholil Nafis, Lc, MA, KH. Ahmad Haris ShodaqohRais KH. Moch. Chozien AdenanRais KH. Abdul Wahid ZamasRais KH. Abdul Wahab Abdul Gafur, LcKatib Aam KH. Ahmad Said AsroriKatib KH. Nurul Yaqin IshaqKatib Dr. KH. M. Afifudin Dimyathi, Lc, MAKatib KH. Sholahudin Al-Aiyub, Dr. KH. Hilmy Muhammad, MAKatib KH. Abu Yazid Al-BusthamiKatib KH. Faiz Syukron Makmun, Lc, MAKatib KH. Athoillah Sholahuddin AnwarKatib KH. Muhammad Abdurrahman Al KautsarKatib Dr. KH. Abdul Moqsith Ghazali, MAKatib KH. Reza Ahmad ZahidKatib Habib Luthfi bin Ahmad Al-AttasKatib Dr. KH. Abdul Ghofar RozinKatib KH. Maksum FaqihKatib Dr. KH. Nur Taufik Sanusi, MAKatib KH. M. Syarbani HairaKatib KH. Muhammad Aunullah A'la Habib, LcKatib KH. Ahmad Muzani Al-FadaniKatib KH. Sarmidi HusnaKatib H. Ikhsan Abdullah, SH, MHKatib KH. Muhyidin Thohir, KH. Ahmad Tajul MafakhirKatib Dr. HM. Asrorun Ni'am Sholeh, MA A’WAN Habib Syech bin Abdul Qadir AssegafH. Ahmad Sudrajat, Lc. MAHabib Ahmad Al HabsyiKHR. Chaidar MuhaiminDr. KH. Zaidi AbdadKH. Najib HasanDr. H. Endin AJ Soefihara, MMADr. Ali Masykur Musa, H. Imam Anshori Saleh, SH, MADr. H. Anis NakiHj. Nafisah Ali MaksumDr. H. Agus RofiudinHj. Badriyah FayumiKH. Matin SyarqowiHj. Ida Fatimah ZainalH. Hamid Usman, SEHj. Dr. Faizah Ali SibromalisiKH. Muhammad Fadlan AsyariProf. Dr. Muhammad NasirProf. Dr. Asasri WarniDr. H. Mochsen AlydrusDr. H. Muhajirin YanisKH. Masyhuri Malik Masryah AmvaKH. Mahfud AsirunH. Misbahul Ulum, SEKH. Yazid Romli, Lc, MAProf. Dr. Ali NurdinKH. Ahmad Ma'shum Abror, Rahmat HidayatDr. Dany Amrul Ichdan, SE, Chaider S. Banualim, MADr. H. Juri Ardiantoro, Abdul MuhaiminIr. H. Irsan NoorH. Zainal Abidin Amir, MAKH. Taj Yasin Maimun TANFIDZIYAH Baca Juga Besok Laga Timnas Indonesia Lawan Palestina, Gubernur Khofifah Kuatkan Persaudaraan dan Solidaritas Ketua Umum KH. Yahya Cholil StaqufWakil Ketua Umum KH. Zulfa MustofaWakil Ketua Umum KH. Sayyid Muhammad Hilal Al AididWakil Ketua Umum Prot. Dr. H. Nizar Ali, Ketua Umum H. Nusron Wahid, SEKetua Prof. Dr. KH. Moh. Mukri, KH. Hasib Wahab ChasbullahKetua Ny. Dra. Hj. Khofifah Indar Parawansa, MAKetua H. Amin Said Husni, MAKetua H. Aizuddin Abdurrahman, SHKetua KH. Abdul Hakim MahfudzKetua H. Umarsyah, H. Ishfah Abidal Aziz, SHI, MHKetua Dr. H. Miftah FaqihKetua Ny. H. Alissa Qotrunnada Wahid, Drs. H. Amiruddin Nahrawi, Drs. H. Ulyas Taha, H. Sarbin Sehe, Prof. Dr. H. Agus Zainal ArifinKetua Drs. H. Abdullah Latopada, MAKetua Dr. KH. Ahmad FahrurroziKetua Drs. H. Muhammad Tambrin Mohamad Syafi AlielhaKetua H. Arif Rahmansyah Marbun, SE, MMKetua Padang Wicaksono, SE, Ir. Fahrizal Yusuf Affandi, H. Nasyirul Falah Amru, SE, MAPKetua H. Choirul Sholeh Rasyid, SEKetua Dr. H. Zainal Abidin Rahawarin, H. Mohammad Jusuf HamkaKetua Dr. H. Eman Suryaman, SE, MMKetua H. Robikin EmhasSekretaris Jenderal Drs. H. Saifullah YusufWakil Sekretaris Jenderal KH. Abdussalam SohibWakil Sekretaris Jenderal Prof. Dr. Ahmad Muzakki, SEAWakil Sekretaris Jenderal H. S. Suleman Tanjung, Sekretaris Jenderal Dr. H. Muhammad Aqil Irham, Sekretaris Jenderal Drs. H. Imron Rosyadi Hamid, SE, Sekretaris Jenderal Faisal Saimima, SEWakil Sekretaris Jenderal Mas'ud SalehWakil Sekretaris Jenderal Ai Rahmayanti, Sekretaris Jenderal Silahuddin, MHWakil Sekretaris Jenderal H. Rahmat Hidayat Pulungan, Sekretaris Jenderal Habib Abdul Qodir Bin Aqil, SH, MA, LLMWakil Sekretaris Jenderal Dr. Najib AzcaWakil Sekretaris Jenderal H. Syarif Munawi, SE, MMWakil Sekretaris Jenderal Isfandiari Mahbub DjunaidiWakil Sekretaris Jenderal H. Taufiq Madjid, Sekretaris Jenderal Dr. H. Muhammad Faesal, MH, Sekretaris Jenderal H. Andi Sahibuddin, Sekretaris Jenderal Drs. Lukman Khakim, Sekretaris Jenderal H. Nur Hidayat, MAWakil Sekretaris Jenderal H. Lukman Umafagur, Umum H. Mardani H. MamingBendahara H. Dipo Nusantara Pua Upa, SH, MH, H. Sumantri Suwarno, SEBendahara H. Gudfan ArifBendahara Nuruzzaman, Hidayat FirmansyahBendahara Nashruddin AliBendahara H. Ahmad NadzirBendahara H. Burhanudin MochsenBendahara Dr. H. Ashari TambunanBendahara Dr. Faisal Ali Hasyim, SE, CA, CSEPBendahara H. Aswandi RahmanBendahara H. Fesal Musaad, sejumlah nama tokoh perempuan dalam kepengurusan PBNU, bagi Alissa Wahid adalah terobosan yang sangat penting. Menurutnya, peran perempuan sejak awal berdirinya NU justru sangat besar. “Selama ini tokoh-tokoh perempuan NU tidak hanya mengurusi kiai tapi juga pondok putri juga pengajian dan kegiatan di ruang publik juga banyak diurusi Bu Nyai,” kata putri Gus Dur, Alissa. Demikian daftar pengurus Nahdlatul Ulama 2022 - 2027. Apakah salah satu panutan atau idola anda masuk dalam daftar pengurus PBNU terbaru tersebut?
Kaliini kami hadirkan tulisan KH Muhamad Najih Maemoen beliau adalah Ulama muda NU yang sangat disegani keilmuanya dan dihormati ketegasannya dalam membawa ajaran lurus Nahdhotul Ulama yang kini justru sudah banyak dinodai oleh tokoh NU itu sendiri. Khilafah Dambaan Kita Semua
Oleh Zain As-Suja'i - NU kini terpecah menjadi dua kelompok, ada NU Gusdur dan NU Mbah Hasyim, sebagaimana yang telah disindir keras oleh Habib Luthfi bin Yahya dalam video yang saya unggah beberapa hari yang lalu. Namun faktanya, mereka yang menutup-nutupi dirinya dari publik terlihat membuat acara terbuka dengan tema "Gerakan Kultural Aswaja Dalam Membendung Aliran Sesat" di kediaman Buya Yahya. Ini linknya Berikut nama-nama tokoh dibalik NU GL yang selama ini selalu memprovokasi aswaja, khususnya warga NU. KH. Luthfi Bashori. Buya Yahya. Muhammad Idrus Ramli. Jakfar Shodiq. Muhammad Lutfi Rochman Toha Luqoni. Habib Ali Hinduan. Habib Hisyam Al Habsy. Habib Habibi Haddad. Muhammad Kanzul Firdaus. Adam Bin Ridlwan. Faiz Al Amri. Toha Luqoni. Muhammad Saad. Abbas R Mawardi. Naquib. Dari deretan nama di atas, ada beberapa orang yang terlibat debat dan caci maki di Group WA NU GL Brigade Aswaja. Group yang isinya hanya mencaci maki serta menghina para ulama sepuh NU. Pendiri Group BRIGADE ASWAJA Adam Ibnu Ridhwan. Admin Group Moh Luthfi Rohman, Muhammad Saad dll. Ja'far Shodiq pernah mengintimidasi saya pada saat saya bongkar status Ust Idrus Ramli yang bergabung ke dalam MIUMI. Ja'far mengaku sebagai deklarator acara AUMA yang dilaksanakan di Ponpes Nurul Kholil, Bangkalan, beberapa bulan yang lalu. Keberadaan mereka selama ini telah berhasil membuat para warga NU saling hujat dan saling menjatuhkan, khususnya kepada para petinggi NU. Habib Luthfi disebut mufsid perusak, Gus Mus disebut liberal, KH Sa'id Aqil Siroj disebut sesat dan murtad. Baca Duta Islam Teguran untuk Garis Lurus dari Habib Abu Bakar Assegaf Sudah saatnya kita rapatkan barisan untuk membendung kelompok yang mengaku dirinya NU tapi tingkah lakunya justru merusak dan merongrong NU, agar keberadaan mereka ini tidak semakin luas dan dimanfaatkan oleh Wahabi. [
KH Nu'man Bashori Alwi adalah kakak kandung KH. Luthfi Bashori Alwi, Malang, yang namanya menjadi dikenal karena sikapnya yang kontroversial dan disebut menjabat sebagai Ketua NU Garis Lurus. Dalam acara Kopdar Kebangsaan bersama Gus Nuril, Gus Nu'man membeberkan riwayat adiknya dari masa kecil sampai menjadi terkenal saat ini. Berikut adalah transkrip lengkapnya dengan beberapa perbaikan
Synopsis Two years after it was first introduced, the Islam Nusantara theology of Nahdlatul Ulama NU, the largest Indonesian Islamic organisation, continues to face opposition from more conservative factions. This is casting a shadow over NU’s effort to promote the middle ground and toleration in Indonesia. Commentary TWO YEARS after the idea of Islam Nusantara was first introduced as a reinterpretation of the Nahdhlatul Ulama’s basic theological tenets, it continues to face opposition from conservative factions. Backing the resistance are theological critiques from younger clerics who seek to eradicate liberal influences from the organisation, the largest in Indonesia. The rift between the factions of NU current chairman Said Aqil Siradj and former general chairman Hasyim Muzadi can be seen in the East Java strongholds of NU. The opposition by NU Garis Lurus NU True Path, consisting of influential young clerics, constitutes a serious challenge to NU’s theological frame that had been instituted by former President Abdurrahman Wahid and his followers over three decades. These popular young clerics argue that Islam Nusantara is an invention of “liberal” thinkers while there is only one universal Islam for all Muslims that does not require “localised” intepretations such as Islam Nusantara. Reinterpretation of NU theology Introduced during NU’s national congress in Jombang, East Java two years ago, Chairman Said Aqil Siradj, said Islam Nusantara is the reinterpretation of NU’s basic theological tenets, which combines classical Islamic theology aqidah, jurisprudence fiqh and localised practices, such as offering prayers to the deceased tahlilan. It emphasises the understanding that Indonesian Muslims do not necessarily have to forgo their national and local identities. Instead, these values can coexist with their Islamic identities and together, they can lead one to be a devout Muslim and an Indonesian nationalist at the same time. This reinvention of NU theology has two purposes. Firstly, it is to respond to radical interpretation of Islam such as those expressed by the self-proclaimed Islamic State IS, which has gained attraction among some young Muslims worldwide, including those living in Indonesia. Secondly, it is to distinguish NU theology from more conservative organisations such as Hizbut Tahrir Indonesia HTI and other similar groups. NU leaders believe these groups are actively seeking new supporters from the ranks of NU followers, mainly those under 30. Critiques of Islam Nusantara Idea NU has held multiple seminars and conferences promoting Islam Nusantara for Indonesian as well as international audiences. It held two international conferences of Islamic scholars in November 2015 and May 2016. Its Research and Human Resources Development Institute Lakpesdam, and affiliated NU faculty at the State Islamic Universities UIN system, have regularly sponsored workshops on Islam Nusantara in numerous localities throughout Indonesia. However, despite these numerous activities, opposition against Islam Nusantara remains strong, not just from outside of the organisation, but also from numerous clerics and activists among NU’s followers. Some of this opposition can be attributed to factional rivalries within NU, especially between current chairman Said Aqil and the previous chairman Hasyim Muzadi. The previous chairman unsuccessfully challenged Said Aqil’s re-election bid as NU chairman during the 2015 muktamar. The failed attempt created a feud between the two factions that has not been fully resolved to this day. The rift can be seen clearly in East Java province, which historically is one of NU’s most important strongholds. As Hasyim Muzadi was the head of the organisation’s East Java branch before he was elected NU chairman in 2000, he commands significant following from senior clerics kyai and activists from the province. These clerics in turn order their boarding schools pesantren and students santri to oppose Islam Nusantara to reject Said Aqil’s legitimacy as NU chairman. Influential NU pesantrens such as Lirboyo in Jombang district and Sidogiri in Pasuruan district have announced their rejection of Islam Nusantara, causing a blow to Said Aqil’s effort to promote the theology among NU followers living in East Java. Rise of NU Garis Lurus Critiques of the idea of Islam Nusantara also come from the theological ground. A group of young NU kyai have formed a new organisation called the True Path NU’ NU Garis Lurus in 2015. Kyai Muhammad Idrus Ramli, the organisation’s founder and chairman, states that it wishes to eradicate liberal’ theological influence from the NU, as he argues that they have corrupted the organisation’s original aim as an Islamic organisation adhering to Sunni principles Ahlus Sunnah wal Jamaah. These liberal’ influences are not just limited to the ideas articulated by progressive NU activists such as Ulil Abshar Abdalla, but also those articulated by the late Abdurrahman Wahid, NU’s long-time chairman 1984-1999 and Indonesia’s fourth president 1999-2001. Wahid successfully led NU to embrace values such as democracy and religious tolerance; NU Garis Lurus serves as the most serious challenge towards NU’s theological frame that Wahid and his successors have instituted within the organisation over the past three decades. A number of young NU clerics with significant popular following have affiliated themselves with NU Garis Lurus. This includes Buya Yahya, a charismatic preacher who is widely considered to be a future leader of the NU. He has become a strong critic of Islam Nusantara, arguing that it is invented by liberal’ thinkers such as Ulil Abshar Abdalla and Azyumardi Azra. Buya Yahya believes that there is only one universal Islam for all Muslims and thus, there is no need for localised’ Islamic interpretations, whether they are Islam Nusantara, Middle Eastern Islam, or others. NU Garis Lurus activists are also known for their close alliance with activists from conservative Islamist groups, including Islamic Defenders Front FPI and Indonesian Mujahidin Council MMI, bypassing the theological divide that sharply distinguishes NU from these groups. Its activists participated in the 4 November and 2 December 2016 rallies in Jakarta, calling for the trial of the city’s governor Basuki Tjahaja Purnama for allegedly committing a blasphemous act against Islam. NU Garis Lurus Not To Be Ignored The NU leadership tends to dismiss NU Garis Lurus as a fringe group that does not represent the organisation and does not attract many followers. However, it would be a mistake for them to continue dismissing it, given its prominent role during the Jakarta rallies and given that propagation dakwah seminars organised by its affiliated ulama have attracted tens of thousands followers throughout Indonesia. NU already faces criticisms for losing its moral authority in the aftermath of the 4 November and 2 December rallies. It should pay more attention to the challenge from NU Garis Lurus and its activists, as the group could one day change its outlook and worldview. If this happens, NU would be a completely different organisation from the one that is widely-known today. About the Author Alexander R Arifianto PhD is a Research Fellow with the Indonesia Programme, S. Rajaratnam School of International Studies RSIS, Nanyang Technological University, Singapore. This is part of a series.
Jakarta Keberadaan kalum liberal yang menyusup ke dalam badan Nahdhatul Ulama (NU) kian mencoreng citra perjuangan Nahdhiyin di Tanah Air.Dengan demikian, secara tegas NU Garis Lurus mendorong ulama-ulama dan kadernya untuk terus membela yang haq meskipun itu pahit. Berikut rangkaian hujjah bahwa Nahdhatul Ulama adalah anti-liberal, dalam pernyataan NU Garis Lurus, sebagaimana dilansir padaKompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. Fenomena soal ormas Islam Nahdlatul Ulama NU yang mengklaim memiliki jumlah anggota puluhan juta orang dan tersebar di berbagai wilayah Indonesia, ternyata tidaklah homogen. Bisa jadi ketika ada seseorang mengaku sebagai "orang NU" mesti ditanyakan terlebih dahulu, NU yang mana? NU garis lurus, garis lucu atau garis keras? Fenomena ke-NU-an di era milenial jika dipandang dari sisi kulturnya memang beragam, entah apakah masing-masing pendukungnya khidmat kepada pemimpinnya sendiri-sendiri, ataukah mereka sekadar ikut-ikutan karena memang sudah ditakdirkan memiliki garis kultur NU yang dibawa secara turun-temurun oleh orang tua mereka. Melihat berbagai fenomena "ke-NU-an" belakangan seakan menunjukkan bahwa ormas ini terus diseret-seret oleh beragam kepentingan, sehingga hampir dipastikan bahwa ormas ini justru telah kehilangan pijakannya karena memang tak ada sosok kharismatik yang mampu menjadi wujud ormas Islam tradisional, NU memang membutuhkan sosok pemersatu yang dapat diterima oleh semua pihak, karena kekuatan sebuah kelompok tradisional adalah keyakinannya yang kuat terhadap tokoh kharismatis, entah itu kiai, ulama atau habib. Menarik melihat perkembangan ormas tertua di Indonesia ini, karena memang NU sebenarnya bukanlah organisasi struktural, tetapi lebih pada nuansa solidaritas kekulturan yang terbangun sekian lama, tanpa harus mengikatkan diri atau taat pada "struktural" garis kebijakan organisasinya. Maka sangat wajar, ketika para tokoh masyarakat, semisal kiai, habib atau ustadz bisa saja merupakan tokoh sentral dalam tubuh NU, yang diikuti oleh masyarakatnya, tanpa harus menjadi bagian dari struktur NU. Itulah kenapa, kemunculan klaim atas NU yang mengidentifikasikan kelompoknya-garis lurus, garis lucu, atau garis keras-menjadi sulit terbantahkan secara kultural. Sulit untuk tidak mengatakan, bahwa ormas ini pada tataran sosio-kultural, memang tak pernah sepi dari konflik. Anehnya, masing-masing kelompok yang berkonflik tak mau melepaskan diri dari identitas ke-NU-annya, karena NU bagi mereka merupakan sebuah "kultur" yang asli lahir dari rahim Nusantara, bukanlah sebuah "ideologi impor" yang diserap dari kultur lain. Untuk menggambarkan fenomena "NU Garis Lurus" saja, tampak sekali kelompok ini merasa harus menjadi pahlawan untuk "meluruskan" NU yang sejauh ini mereka anggap "bengkok". Bagi kelompok ini, NU kultural jelas tak pernah mengimpor berbagai ideologi asing yang disebut mereka sebagai "SEPILIS" Sekularisme, Pluralisme dan Liberalisme yang belakangan malah menggejala di kalangan anak muda NU. Mungkin kelompok ini bagi saya, kesulitan menyandingkan idealitas Islam dan modernitas, sehingga dari pada bercampur aduk, lebih baik NU "diluruskan" lagi fenomena "NU Garis Lucu" yang mungkin merasa "gerah" dengan berbagai unggahan di ranah media sosial medsos yang selalu memojokkan NU. Kelompok ini kerap menguasai lini medsos dan mengunggah meme-meme lucu yang melakukan counter atau kritik terhadap mereka yang mengaku NU tetapi justru "menyerang" identitas ke-NU-annya sendiri. Sebuah tagline yang muncul di akun twitter-nya menyebut, "sampaikanlah kebenaran walaupun itu lucu" seakan kelompok ini enggan mendebat secara berapi-api karena hanya akan menghabiskan energi. Membalas dengan fenomena santai dan kelucuan, barangkali menjadi "simbol" para kiai NU yang kemudian "disorogkan" kepada publik. Bisa jadi kelompok ini memang selaras dengan slogan Pegadaian, "menyelesaikan masalah tanpa masalah" yang setiap unggahannya dikemas dalam nuansa simpatik, tanpa harus menunjukkan sikap penolakan atau kebencian. Barangkali yang lebih berwajah "galak" ada juga dalam tubuh NU. Kelompok ini secara kultur, memang menganut tradisi peribadatan selaras dengan NU, walaupun dalam hal pergerakan kurang mengangkat soal tema moderasi Islam. Fenomena kelompok NU "Garis Keras" saya rasa takdirnya jatuh kepada sosok Front Pembela Islam FPI yang memang sejauh ini para pemimpin dan pengikutnya terbiasa mengamalkan ajaran-ajaran tradisi ke-NU-an. Sulit dipungkiri, bahwa FPI juga sejatinya disokong oleh mereka yang mengklaim sebagai "NU kultural", bahkan tempat pendeklarasian pertamanya, Pesantren Al-Umm, dipimpin oleh seorang ulama NU, KH Misbahul Anam, salah satu pengikut Tarikat Tijaniyah di kalangan NU sebagai sebuah ormas yang mewarisi tradisi keislaman Nusantara dengan ciri khasnya yang moderat-sebagaimana praktik keagamaan para wali-nampaknya sulit disematkan belakangan ini. Begitu banyaknya kelompok yang melakukan klaim atas ke-NU-annya sendiri disertai dengan beragam kepentingannya masing-masing, memperlihatkan NU semakin kehilangan arah. Banyak pihak yang menginginkan NU benar-benar menunjukkan wajah moderatismenya seperti pada masa-masa awal, disaat beberapa kiai kharismatis benar-benar mempertontonkan ketulusan, kejujuran dan khidmatnya yang sangat besar terhadap umat. Hadratussyekh Hasyim Asy'ari, Kiai Wahab Chasbullah, Kiai Bisri Syansuri, Kiai Ridwan memang menjadi tokoh sentral yang senantiasa memberikan kesejukan yang benar-benar menjadi panutan umat. Tentu saja, ditengah nuansa "konflik sektarianisme" belakangan, sosok-sosok ini sungguh sangat dirindukan. 1 2 Lihat Humaniora Selengkapnya
Syukronmengatakan, mereka yang mengatasnamakan NU Garis Lurus tidak perlu direspon dan hanya lelucon saja. "Jadi sikap dan dukungan mereka yang mengatasnamakan NU Garis Lurus nggak perlu direspon, cuma segelintir orang saja. Anggap lelucon saja lah," tambahnya. Dia menyebut, segelintir orang yang mengklaim sebagai NU Garis Lurus adalah golongan yang berpaling dari rombongan Nahdlatul Ulama.
Fenomena soal ormas Islam Nahdlatul Ulama NU yang mengklaim memiliki jumlah anggota puluhan juta orang dan tersebar di berbagai wilayah Indonesia, ternyata tidaklah homogen. Bisa jadi ketika ada seseorang mengaku sebagai “orang NU” mesti ditanyakan terlebih dahulu, NU yang mana? NU garis lurus, garis lucu atau garis keras? Fenomena ke-NU-an di era milenial jika dipandang dari sisi kulturnya memang beragam, entah apakah masing-masing pendukungnya khidmat kepada pemimpinnya sendiri-sendiri, ataukah mereka sekadar ikut-ikutan karena memang sudah ditakdirkan memiliki garis kultur NU yang dibawa secara turun-temurun oleh orang tua mereka. Melihat berbagai fenomena “ke-NU-an” belakangan seakan menunjukkan bahwa ormas ini terus diseret-seret oleh beragam kepentingan, sehingga hampir dipastikan bahwa ormas ini justru telah kehilangan pijakannya karena memang tak ada sosok kharismatik yang mampu menjadi pemersatu. Sebagai wujud ormas Islam tradisional, NU memang membutuhkan sosok pemersatu yang dapat diterima oleh semua pihak, karena kekuatan sebuah kelompok tradisional adalah keyakinannya yang kuat terhadap tokoh kharismatis, entah itu kiai, ulama atau habib. Menarik melihat perkembangan ormas tertua di Indonesia ini, karena memang NU sebenarnya bukanlah organisasi struktural, tetapi lebih pada nuansa solidaritas kekulturan yang terbangun sekian lama, tanpa harus mengikatkan diri atau taat pada “struktural” garis kebijakan organisasinya. Maka sangat wajar, ketika para tokoh masyarakat, semisal kiai, habib atau ustadz bisa saja merupakan tokoh sentral dalam tubuh NU, yang diikuti oleh masyarakatnya, tanpa harus menjadi bagian dari struktur NU. Itulah kenapa, kemunculan klaim atas NU yang mengidentifikasikan kelompoknya—garis lurus, garis lucu, atau garis keras—menjadi sulit terbantahkan secara kultural. Sulit untuk tidak mengatakan, bahwa ormas ini pada tataran sosio-kultural, memang tak pernah sepi dari konflik. Anehnya, masing-masing kelompok yang berkonflik tak mau melepaskan diri dari identitas ke-NU-annya, karena NU bagi mereka merupakan sebuah “kultur” yang asli lahir dari rahim Nusantara, bukanlah sebuah “ideologi impor” yang diserap dari kultur lain. Untuk menggambarkan fenomena “NU Garis Lurus” saja, tampak sekali kelompok ini merasa harus menjadi pahlawan untuk “meluruskan” NU yang sejauh ini mereka anggap “bengkok”. Bagi kelompok ini, NU kultural jelas tak pernah mengimpor berbagai ideologi asing yang disebut mereka sebagai “SEPILIS” Sekularisme, Pluralisme dan Liberalisme yang belakangan malah menggejala di kalangan anak muda NU. Mungkin kelompok ini bagi saya, kesulitan menyandingkan idealitas Islam dan modernitas, sehingga dari pada bercampur aduk, lebih baik NU “diluruskan” saja. Iklan Ada lagi fenomena “NU Garis Lucu” yang mungkin merasa “gerah” dengan berbagai unggahan di ranah media sosial medsos yang selalu memojokkan NU. Kelompok ini kerap menguasai lini medsos dan mengunggah meme-meme lucu yang melakukan counter atau kritik terhadap mereka yang mengaku NU tetapi justru “menyerang” identitas ke-NU-annya sendiri. Sebuah tagline yang muncul di akun twitter-nya menyebut, “sampaikanlah kebenaran walaupun itu lucu” seakan kelompok ini enggan mendebat secara berapi-api karena hanya akan menghabiskan energi. Membalas dengan fenomena santai dan kelucuan, barangkali menjadi “simbol” para kiai NU yang kemudian “disorogkan” kepada publik. Bisa jadi kelompok ini memang selaras dengan slogan Pegadaian, “menyelesaikan masalah tanpa masalah” yang setiap unggahannya dikemas dalam nuansa simpatik, tanpa harus menunjukkan sikap penolakan atau kebencian. Barangkali yang lebih berwajah “galak” ada juga dalam tubuh NU. Kelompok ini secara kultur, memang menganut tradisi peribadatan selaras dengan NU, walaupun dalam hal pergerakan kurang mengangkat soal tema moderasi Islam. Fenomena kelompok NU “Garis Keras” saya rasa takdirnya jatuh kepada sosok Front Pembela Islam FPI yang memang sejauh ini para pemimpin dan pengikutnya terbiasa mengamalkan ajaran-ajaran tradisi ke-NU-an. Sulit dipungkiri, bahwa FPI juga sejatinya disokong oleh mereka yang mengklaim sebagai “NU kultural”, bahkan tempat pendeklarasian pertamanya, Pesantren Al-Umm, dipimpin oleh seorang ulama NU, KH Misbahul Anam, salah satu pengikut Tarikat Tijaniyah di kalangan Betawi. Menggambarkan NU sebagai sebuah ormas yang mewarisi tradisi keislaman Nusantara dengan ciri khasnya yang moderat—sebagaimana praktik keagamaan para wali—nampaknya sulit disematkan belakangan ini. Begitu banyaknya kelompok yang melakukan klaim atas ke-NU-annya sendiri disertai dengan beragam kepentingannya masing-masing, memperlihatkan NU semakin kehilangan arah. Banyak pihak yang menginginkan NU benar-benar menunjukkan wajah moderatismenya seperti pada masa-masa awal, disaat beberapa kiai kharismatis benar-benar mempertontonkan ketulusan, kejujuran dan khidmatnya yang sangat besar terhadap umat. Hadratussyekh Hasyim Asy’ari, Kiai Wahab Chasbullah, Kiai Bisri Syansuri, Kiai Ridwan memang menjadi tokoh sentral yang senantiasa memberikan kesejukan yang benar-benar menjadi panutan umat. Tentu saja, ditengah nuansa “konflik sektarianisme” belakangan, sosok-sosok ini sungguh sangat dirindukan. NU belakangan ini malah seringkali dibenturkan dengan kalangan muslim lainnya yang ditengarai cenderung berideologi “radikalis”. Sebut saja, beberapa kegiatan pengajian yang akan diisi oleh para ulama yang dianggap “radikal” oleh NU, justru dilarang bahkan dibubarkan. Pengajian yang akan digelar dengan nama-nama tokoh tertentu seakan di-black list oleh kalangan NU, tak perlu lagi ada kata “toleransi” bagi mereka. Yang justru menyedihkan, banyak pihak lain yang kemudian memanfaatkan kasus penolakan ini membuat informasi “hoax” yang disebarkan kepada masyarakat, sehingga membuat konflik “sektarianisme” ini justru semakin meruncing. Sebut saja, misalnya ada informasi yang begitu menohok soal Banser NU yang bertebaran di medsos menyoal sikap mereka yang tak mentolelir pengajian yang diisi oleh tokoh-tokoh yang dianggap berhaluan “radikal”. NU sepertinya memang sedang galau, berada diantara kelompok “garis lurus”, “garis lucu” dan “garis keras” dan serasa kehilangan pijakannya sebagai ormas Islam yang sejak dulu dicitrakan sebagai kelompok moderat. Ketiadaan tokoh kharismatis—atau memang karena modernitas, kharisma sekadar simbol—yang kuat di tubuh NU membuat ormas ini berada di alam kebimbangan. Ada baiknya saya mengulang kembali, bagaimana cara Hadratussyekh KH Hasyim Asy’ari mengajak dalam sebuah bingkai persatuan, menjauhi nuansa sektarianisme yang melahirkan perpecahan diantara umat. Pada Muktamar NU ke-3 pada 1930, Kiai Hasyim menulis sebuah buku, “Qanun Asasi Nahdlatul Ulama”, dalam pendahuluannya beliau menulis agar umat Islam bersatu ittihad, saling mengenal ta’arruf, dan tenggang rasa ta’alluf. Ketiga konsep yang diutarakan Kiai Hasyim nampaknya semakin semakin sulit terwujud, terutama jika mereka yang mengaku NU, tetapi malah menanggalkan nilai-nilai dan tradisi ke-NU-an itu sendiri. Ikuti tulisan menarik SYAHIRUL ALIM lainnya di sini.Fenomenasoal ormas Islam Nahdlatul Ulama (NU) Untuk menggambarkan fenomena "NU Garis Lurus" saja, tampak sekali kelompok ini merasa harus menjadi pahlawan untuk "meluruskan" NU yang sejauh ini mereka anggap "bengkok". Daftar. Populer Rekomendasi. 1. Kelalaian Kampus Negeri, Mahasiswa Terlambat Lulus dan 'Dipaksa' Membayar. Mahasiswa
3IPIqop.